Valentine

23 Oktober 2008

SAYA sudah lupa kapan terakhir kali merayakan Hari Valentine. Bahkan, saya juga lupa apa kado terakhir yang saya berikan dan diberikan mantan saya ketika itu. Ha...ha...padahal saya termasuk lelaki romantis, lho.

Hal ini sebenarnya ada kaitannya dengan pasangan saya sekarang. Ia pernah berkata bahwa Hari Valentine tak perlu menjadi hari yang berlebihan. Ia menganggap cinta dapat diberikan setiap hari, bukan hanya di Hari Valentine. Merayakan momen ini secara berlebihan, bagi sebagian orang, hanya akan menunjukan bahwa selama ini kita tak bisa memberikan yang lebih baik di hari lainnya. Terus terang saya bisa menerima persepsi ini, toh saya memang mencintainya setiap hari.

Semua persepsi tentang Hari Valentine memang tergantung dari sudut mana orang memandang. Lagipula saya tak perlu mengajari Anda bagaimana cara terbaik untuk mencintai pasangan Anda sendiri, bukan?

Izinkan saya bercerita sedikit tentang sejarah Hari Valentine.

Sejarah Hari Valentine ada hubungannya dengan kaum Kristen Roma kuno pada abad ke-3. Kaum Roma selalu mengadakan pesta besar-besaran setiap tanggal 15 Februari. Pesta bernama Lupercalia itu merupakan bentuk persembahan pada dewa Lupercus.

Dewa ini dianggap sebagai pelindung warga Roma dari serigala-serigala yang banyak terdapat di zaman itu. Karenanya Roma terkenal sebagai kota yang dipenuhi serigala. Salah satu tradisi Lupercalia adalah para lelaki muda berkesempatan menyebutkan nama para perempuan muda yang akan menjadi pasangan mereka untuk merayakan festival. Intinya mereka dijodohkan untuk kisah cinta satu hari saja! Walaupun ada juga yang bertahan lebih lama.

Saat itu, ada seorang pendeta Roma bernama Valentine. Secara diam-diam ia menikahkan para prajurit, yang akan ikut serta dalam pesta, dengan pasangannya masing-masing. Raja Roma saat itu, Claudius II geram dengan tindakan Valentine. Ia takut kalau para prajuritnya tak mau pergi berperang karena telah menikah. Tak ayal, Valentine pun dijebloskan ke penjara dan diancam hukuman mati pada 14 Februari, malam sebelum pesta Lupercalia.

Sebelum menghadapi ajalnya, Valentine dikisahkan menemukan cinta sejatinya. Ia jatuh cinta pada anak perempuan penjaga penjara. Sebelum dihukum mati, ia meninggalkan sebuah surat cinta pada perempuan itu. Isinya, ia menyatakan terima kasihnya atas waktu yang telah diberikan perempuan itu karena telah menemaninya selama di penjara. Di akhir surat, Valentine membubuhkan kalimat ”from your Valentine.” Nah, kalimat itulah yang hingga kini akhirnya menjadikan Valentine sebagai figur yang melambangkan kasih sayang dan 14 Februari dirayakan sebagai Hari Kasih Sayang.

Di Indonesia dan beberapa belahan dunia, rata-rata pasangan mempersepsikan Hari Valentine sebagai momen tepat di mana mereka harus menunjukkan cintanya dengan memberikan sebuah hadiah atau pemberian yang bersifat istimewa. Alasannya tidak lain adalah bukti bahwa mereka sangat mencintai pasangannya.

Hari Valentine mungkin telah terlanjur diyakini sebagai hari kasih sayang. Jadi memang sah-sah saja hal itu dilakukan, toh tidak dilarang juga. Walaupun ada beberapa pasangan yang menolak merayakan karena menganggap hal ini adalah tradisi Barat.

Bagi saya sendiri, lepas dari tradisi Barat atau tidak, cinta adalah sesuatu yang bersifat universal. Siapapun berhak mengekspresikan perasaan cintanya pada pasangan lewat berbagai cara. Entah itu merayakan Hari Valentine atau tidak. Baik dari sisi tradisi atau religi, seorang pecinta tidak pernah dilarang untuk mencintai pasangannya. Bahkan hal itu sangat lumrah pun sebuah itikad baik yang disukai Tuhan.

Jadi bila sampai hari ini, Anda merayakan atau tidak momen Hari Valentine, selama Anda selalu mencintai pasangan dan orang-orang terdekat, saya yakin Anda akan tetap dianggap sebagai seseorang yang memiliki kasih sayang.

0 komentar:

  © Blogger template Writer's Blog by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP