Selamat Hari Bumi

22 April 2009

Rabu, 22 April 2009 adalah kali ke-39 Hari Bumi diperingati di seluruh dunia.



PAGI ini aku mendadak teringat sebuah buku berjudul "Ishmael" karangan Daniel Quinn yang pernah kubaca beberapa waktu lalu. Dalam "Ishmael", Quinn memaparkan bahwa Tuhan menciptakan manusia setelah semua yang ada di sekelilingnya terbentuk.

Tuhan berbuat seperti itu agar manusia menjaga apa yang sudah diciptakan-Nya. Namun sayangnya kadangkala manusia justru berpikir sebaliknya. Menganggap bahwa semua yang telah diciptakan itu adalah apa yang disediakan Tuhan bagi hidup mereka. Akhirnya manusia berlaku seenaknya.

Mungkin benar, manusia boleh memanfaatkan semua yang ada di sekelilingnya demi kelangsungan hidup mereka. Namun bukan itu hakikat yang sebenarnya.

Di Hari Bumi tahun ini, aku kembali disadarkan bahwa aku masih hidup hingga saat ini karena aku masih dipercaya Tuhan untuk ikut menjaga apa yang telah diciptakan-Nya. Dan aku bersyukur dengan kepercayaan itu.

Selamat Hari Bumi! Mari terus bahu membahu menjaga bumi ini untuk hidup yang lebih baik.

Read more...

Led Zeppelin & The English Premier League’s Big Four

09 April 2009

MEMBACA judul di atas mungkin akan membuat pembaca yang mengenal grup band rock and roll asal Inggris, Led Zeppelin, mengernyitkan dahi. Ada hubungan apa antara band yang sempat sangat terkenal di periode 70-an itu dengan anggota Big Four Liga Inggris (Manchester United/MU, Arsenal, Liverpool, dan Chelsea)?

Sebelum bercerita lebih jauh, aku ingin flashback sejenak ke 2007 lalu, di mana sebuah artikel pendek tentang konser reuni Led Zeppelin di Inggris membuat aku tersenyum saat membacanya.

Dalam konser itu, band yang digawangi oleh Robert Plant (Lead Vocal), Jimmy Page (Guitar), John Paul Jones (Bass), dan John Bonham (Drum) membawakan kembali tembang-tembang lawas mereka. Menariknya, lagu-lagu yang mereka bawakan dipersembahkan bagi klub-klub yang bermain di Liga Inggris untuk musim 2007-2008.

Sesuai judul tulisan, aku khusus hanya akan membahas hubungan konser Led Zeppelin itu dengan empat klub besar di Liga Inggris. Berikut ini lagu-lagu yang dipersembahkan band tersebut bagi masing-masing Big Four:
• MU – Rock and Roll
• Arsenal – Stairway to Heaven
• Liverpool – Good Times, Bad Times
• Chelsea – The Song Remains the Same

Bagi pembaca yang tidak begitu mengenal Led Zeppelin pun lagu-lagu mereka, tentunya akan samar-samar mengartikan hubungannya dengan masing-masing anggota Big Four. Sama halnya dengan pembaca yang tidak begitu mengenal karakter klub yang tergabung di dalam Big Four. Nah, di sinilah aku tertarik untuk mengulasnya.


MU – Rock and Roll

Bagi penggemar Liga Inggris, khususnya pendukung fanatik MU akan sangat hapal dengan gaya permainan klub berjuluk Setan Merah (Red Devils) ini. Klub yang saat ini masih dilatih manajer kawakan Sir Alex Ferguson kerap kali menampilkan permainan yang agresif dalam setiap laganya. Tampil kesetanan dan selalu mengancam pertahanan lawan-lawan yang dihadapinya bisa dibilang lekat dengan karakter MU di Liga Inggris. Tentunya pembaca masih ingat juga, kan, di mana musim 2007-2008, winger andalan klub asal kota Manchester, Christiano Ronaldo menjadi pengoleksi gol terbanyak di Liga?

Nah, di sinilah alasan Led Zeppelin mempersembahkan lagu Rock and Roll dalam konser reuni itu bagi MU. Tidak lain mengingat prestasi dan karakter bermain klub yang kental dengan slogan Glory, Glory Manchester United! di musim 2007-2008.

Arsenal – Stairway to Heaven
Siapapun tak bisa memungkiri bahwa Arsenal menampilkan permainan apik dalam setiap laga yang dilakoninya. Klub yang bermarkas di ibukota Inggris, London ini bahkan disebut-sebut sebagai salah satu tim yang mengusung sepakbola indah, selain raksasa Spanyol, Barcelona.

Prestasi paling prestisius yang diraih Arsenal adalah menjadi juara di Liga Inggris tanpa sekalipun terkalahkan di musim 2003-2004! Total klub berjuluk The Gunners menjalani laga tanpa kalah sepanjang 49 kali hingga akhirnya takluk oleh MU di Old Trafford pada musim 2004-2005.

Walaupun tak jarang malah menuai kekalahan, karakter bermain cantik masih tetap dipertahankan sebagai ciri khas klub yang diasuh pelatih asal Perancis, Arsene wenger. Tak ragu, Led Zeppelin mempersembahkan lagu indah Stairway to Heaven untuk klub yang kini mayoritas diisi oleh pemain-pemain muda itu.

Liverpool – Good Times, Bad Times
Meski berstatus sebagai pengoleksi gelar terbanyak di Liga Inggris, prestasi Liverpool sebagai kampiun di negeri Ratu Elizabeth seolah terhenti di musim 1989-1990. Sejak saat itu, klub berjuluk The Reds belum mampu menambah koleksi piala English Premier League (EPL) di rak mereka.

Terkadang tampil kesetanan, namun tak jarang juga malah melempem menjadi ciri khas klub dari kota pelabuhan, Liverpool itu beberapa musim terakhir di Liga Inggris. Bisa jadi Led Zeppelin ingin menyindir atau mengingatkan anak-anak asuhan Rafael Benitez dengan mempersembahkan lagu Good Times, Bad times (actually, I really love this song! T_T).

Menariknya, meski di liga angin-anginan, klub yang terkenal dengan keangkeran kandangnya ini selalu menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawannya di pentas Eropa.

Chelsea – The Song Remains the Same
Sebelum dibeli juragan minyak Rusia, Roman Abramovich dan ditangani pelatih brilian asal Portugal, Jose Mourinho, tim berjuluk The Blues ini tak diperhitungkan di pentas Liga Inggris. Mourinho bisa dibilang sukses membawa tim ibukota ini menjadi salah satu tim kuat, baik di liga maupun di pentas Eropa.

Sayangnya, meski telah menjadi salah satu tim yang kerap tampil trengginas kala meladeni lawan-lawannya dan layak disejajarkan dengan MU, Arsenal, dan Liverpool di Liga Inggris, gaya permainan klub yang bermarkas di Stamford Bridge dinilai masih membosankan!

Lagu The Song Remains the Same yang diberikan Led Zeppelin mungkin bisa jadi cambuk bagi Si Biru untuk terus membentuk karakter bermain yang ideal layaknya sebuah klub besar. Claudio Ranieri (mantan pelatih Chelsea) disebut-sebut sebagai orang yang berjasa merintis karakter awal klub dan Mourinho sukses menanamkan mental juara dengan menyumbangkan dua kali gelar Liga Inggris berturut-turut.

Silakan baca sekilas tentang profil Led Zeppelin di sini

* Penulis berharap tulisan di atas tidak menyinggung pendukung salah satu klub karena penulis sudah berusaha se-obyektif mungkin :)

Read more...

White is Our Colour

05 April 2009

Setiap warna memiliki makna tersendiri. Dan bagiku, putih adalah warna paling istimewa.

“KENAPA warna putih?” ia bertanya padaku di telepon pagi itu tentang bunga yang kutinggalkan di mejanya kemarin siang. Ia mungkin tak tahu kalau di sini aku tersenyum saat ia menanyakan hal itu padaku. “Putih itu melambangkan ketulusan. Dan seperti itulah perasaanku tentang kamu,” jawabku. Namun setelah itu ia tak bertanya lagi. Aku tak tahu apakah itu artinya ia mengerti maksudku atau tak perduli dengan apa yang sedang kusampaikan.

Bicara soal warna putih, aku memang selalu menganggap warna ini istimewa. Walaupun pakar warna menganggap putih bukanlah sebuah warna. Spektrum warna menurut mereka adalah yang ada pada warna pelangi, yaitu mejikuhibiniu (merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu). Dan ketika aku mempercayai kalau putih merupakan sebuah warna, artinya aku punya kepercayaan tersendiri pada hal-hal yang orang lain tak ingin percaya.

Menurutku, percaya pada sesuatu itu penting. Karena sejatinya itulah yang membentuk seseorang menjalani hidupnya di dunia ini. Kepercayaanku bahwa putih adalah sebuah warna sama halnya bagaimana aku menjalani hidup. Percaya bahwa setiap yang diciptakan-Nya selalu memiliki makna.

Selain putih, yang tidak dianggap sebagai bagian dari spektrum warna adalah hitam. Untuk kasus ini aku pun tetap menganggap hitam adalah sebuah warna. Bagaimanapun aku tak ingin menafikan apa yang sudah tercipta dan ada di sekelilingku.

Bila hidup diibaratkan sebagai hitam dan putih, maka warna lain adalah pelengkapnya. Nah, di sinilah mengapa aku menganggap putih adalah warna istimewa. Ia memiliki peranan vital dan sangat penting.

Bayangkan bila kita meletakkan warna putih sebagai dasar, maka yang terjadi adalah kita bisa melihat warna-warna lain yang jatuh ke dalam warna putih itu sebagai paduan indah yang mengisi hidup kita. Anugerah Tuhan itu beraneka warna, dan kita hanya akan mampu melihatnya sebagai suatu keindahan ketika putih menjadi warna hati kita.

Sekarang bandingkan ketika kita menjadikan warna hitam sebagai dasar bagi hati kita, untuk menerima semua warna lainnya yang diberikan Tuhan. Hasilnya, tak semua warna akan mampu terlihat. Beberapa lainnya menghilang dan tertelan warna hitam itu sendiri. Walaupun memang masih ada beberapa keindahan yang tampak.

Hidup ini begitu singkat dan begitu indah. Meski begitu hati yang ada pada diri manusia begitu rapuh. Aku selalu berusaha menanamkan pada diriku untuk selalu menjadi putih, agar aku mampu dengan tulus menerima dan menyaksikan semua keindahan yang datang dalam hidupku yang singkat ini. Aku tak ingin menjadi hitam bagi orang-orang yang aku cintai.

Read more...

  © Blogger template Writer's Blog by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP