White is Our Colour

05 April 2009

Setiap warna memiliki makna tersendiri. Dan bagiku, putih adalah warna paling istimewa.

“KENAPA warna putih?” ia bertanya padaku di telepon pagi itu tentang bunga yang kutinggalkan di mejanya kemarin siang. Ia mungkin tak tahu kalau di sini aku tersenyum saat ia menanyakan hal itu padaku. “Putih itu melambangkan ketulusan. Dan seperti itulah perasaanku tentang kamu,” jawabku. Namun setelah itu ia tak bertanya lagi. Aku tak tahu apakah itu artinya ia mengerti maksudku atau tak perduli dengan apa yang sedang kusampaikan.

Bicara soal warna putih, aku memang selalu menganggap warna ini istimewa. Walaupun pakar warna menganggap putih bukanlah sebuah warna. Spektrum warna menurut mereka adalah yang ada pada warna pelangi, yaitu mejikuhibiniu (merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu). Dan ketika aku mempercayai kalau putih merupakan sebuah warna, artinya aku punya kepercayaan tersendiri pada hal-hal yang orang lain tak ingin percaya.

Menurutku, percaya pada sesuatu itu penting. Karena sejatinya itulah yang membentuk seseorang menjalani hidupnya di dunia ini. Kepercayaanku bahwa putih adalah sebuah warna sama halnya bagaimana aku menjalani hidup. Percaya bahwa setiap yang diciptakan-Nya selalu memiliki makna.

Selain putih, yang tidak dianggap sebagai bagian dari spektrum warna adalah hitam. Untuk kasus ini aku pun tetap menganggap hitam adalah sebuah warna. Bagaimanapun aku tak ingin menafikan apa yang sudah tercipta dan ada di sekelilingku.

Bila hidup diibaratkan sebagai hitam dan putih, maka warna lain adalah pelengkapnya. Nah, di sinilah mengapa aku menganggap putih adalah warna istimewa. Ia memiliki peranan vital dan sangat penting.

Bayangkan bila kita meletakkan warna putih sebagai dasar, maka yang terjadi adalah kita bisa melihat warna-warna lain yang jatuh ke dalam warna putih itu sebagai paduan indah yang mengisi hidup kita. Anugerah Tuhan itu beraneka warna, dan kita hanya akan mampu melihatnya sebagai suatu keindahan ketika putih menjadi warna hati kita.

Sekarang bandingkan ketika kita menjadikan warna hitam sebagai dasar bagi hati kita, untuk menerima semua warna lainnya yang diberikan Tuhan. Hasilnya, tak semua warna akan mampu terlihat. Beberapa lainnya menghilang dan tertelan warna hitam itu sendiri. Walaupun memang masih ada beberapa keindahan yang tampak.

Hidup ini begitu singkat dan begitu indah. Meski begitu hati yang ada pada diri manusia begitu rapuh. Aku selalu berusaha menanamkan pada diriku untuk selalu menjadi putih, agar aku mampu dengan tulus menerima dan menyaksikan semua keindahan yang datang dalam hidupku yang singkat ini. Aku tak ingin menjadi hitam bagi orang-orang yang aku cintai.

8 komentar:

nocturnal-Mona 5 April 2009 pukul 08.49  

NICE!

Bambang Suprapto 5 April 2009 pukul 11.57  

THX Mon! Be white, ya :)

alwaysalia 8 April 2009 pukul 08.57  

dulu waktu masih pake pensil warna, gw pikir putih itu adalah tak ada warna, sedangkan hitam adalah gabungan semua warna (dari pensil warna). tnyt mnrt fisika kebalik :p

Bambang Suprapto 8 April 2009 pukul 09.29  

haha...gw ga ngerti fisika ni. bisa jelasin ke gw ga, al? maklum anak IPS! :p

adiettfufufu 12 April 2009 pukul 18.07  

maksudnya lo golput ya..?? hahaha.. sok2 metaforik.. :P

Bambang Suprapto 12 April 2009 pukul 23.15  

wakakaaa...bisa aja lo mikirnya ke sana

sonny 15 April 2009 pukul 12.06  

putih disebut putih, antara lain karena ia beroposisi biner thd hitam. Setidaknya begitu menurut Saussure. Kecuali kalau kita lebih percaya gradasi fuzzy logic

Menurutku hitam adalah warna netral. Bukan putih. Mungkin itu sebabnya anak2 teater menyukai hitam.

btw, thx sudah mampir.. :)

Bambang Suprapto 17 April 2009 pukul 09.57  

thx for visiting juga, bro :))

  © Blogger template Writer's Blog by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP